WEB BLOG
this site the web

KEASLIAN TUMBUHAN OBAT

Pada industri herbal, penjual jamu atau pengguna yang meramu dan mengkonsumsi sendiri ramuannya, tumbuhan obat segar atau simplisia (tumbuhan obat yang dikeringkan) sebagai bahan baku dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu: memetik/memanen sendiri tanaman yang dibudidayakan, mencari/memungut dari tumbuhan liar, atau membelinya dari penjual/pemasok simplisia.

Pada tanaman yang dibudidaya, umumnya keasliannya sudah diketahui dengan baik. Tetapi, pada simplisia yang berasal dari tumbuhan liar atau dibeli dari pemasok, kadang tumbuhan obat tersebut tercampur dengan tumbuhan lain yang mirip ciri morfologinya, baik secara sengaja atau tidak, bahkan dapat tertukar atau terjadi kekeliruan dengan tumbuhan lain.

Keliruan pengambilan tumbuhan obat dapat terjadi karena kesamaan morfologi atau nama yang hampir mirip. Hal ini seringkali menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan.
Sebagai contoh: di Eropa tengah, tumbuhan Bear's Garlic atau Ramsons (Allium ursinum L.) digunakan sebagai sayuran, salad, rempah-rempah atau sebagai ramuan untuk pesto in lieu of basil. Batang tumbuhan ini berbentuk segitiga dan daunnya mirip Lily of theValley (Convallaria majalis), Meadow Saffron (Colchicum autumnale) atau Autumn crocus (Crocus sativus). Karena kemiripan morfologi daun, seringkali tumbuhan tersebut dikelirukan. Pernah dilaporkan beberapa kasus keracunan kolkisina (alkaloid beracun yang terdapat dalam Autumn crocus maupun Meadow Saffron) akibat kekeliruan mengkonsumsi/mengambil ramsons dengan Autumn crocus atau Meadow Saffron. Keracunan Kolkisina dapat menyebabkan gastroenterocolitis, diikuti dengan kegagalan fungsi berbagai organ tubuh dan apabila tidak segera mendapatkan pertolongan, dapat berakhir dengan kematian.

Kasus nefrotoksisitas maupun gagal ginjal pernah terjadi pada wanita-wanita Belgia yang ingin melangsingkan tubuhnya. Para wanita tersebut mengkonsumsi berbagai obat yang diberikan oleh klinik pelangsingan tubuh, antara lain serotonin dicampur dengan obat herbal tertentu yang mengandung Stephania tetranda (Guang Fang Ji). Ketika kasus gagal ginjal terjadi, obat herbal yang digunakan diperiksa, ternyata tidak mengandung Stephania tetranda, tetapi mengandung tumbuhan lain, Aristolochia sp. (Han Fang Ji). Diduga Stephania tetranda (Guang Fang Ji) dikelirukan/diganti dengan Aristochia sp. (Han Fang Ji) yang mempunyai nama yang mirip. Aristolochia sp. mengandung asam aristolokat yang toksik terhadap ginjal.

Di Indonesia, meskipun belum pernah dilaporkan adanya kasus fatal akibat kekeliruan penggunaan tumbuhan obat, tetapi mungkin saja terjadi kasus kekeliruan seperti di atas karena kesamaan ciri morfologi maupun nama tumbuhan. Tumbuhan satu marga, umumnya mempunyai ciri morfologi yang hampir mirip, misalnya kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl.) Mlq. ) dan Orthosiphon spicatus (Thumb) BBS); kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan selasih (Ocimum basilicum L.), berbagai jenis lempuyang, misalnya lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.), lempuyang pahit (Zingiber amaricans Bl.) serta lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Sm.) dan sebagainya. Nama tumbuhan yang mirip, misalnya: kecibeling (Hemigraphis colorata Hall. f., Ruella napifera Zoll et Mor. dan Strobilanthus crispus L.); kunci pepet (Kaempferia rotunda L. dan Kaempferia angustifolia Rosc.); daun dewa (Gynura pseudo-china (L.) DC. dan (Gynura procumbens (Lour.) Merr. ) . Talesom (Talinum paniculatum Gaertn.) dan Kolesom (Talinum triangulare Willd.). Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kejadian yang tidak diinginkan, maka pemastian keaslian tumbuhan sangatlah penting.

Terdapat beberapa metode untuk memastikan keaslian suatu tumbuhan, yaitu:

1. Metode organoleptik, dengan cara meremas kemudian membau dan/atau merasakan. Metode ini mempunyai resiko kesalahan yang tinggi dan hanya orang tertentu yang ahli dan berpengalaman saja yang mampu melakukannya dengan hasil yang baik. Tumbuhan yang mengandung minyak atsiri biasanya mempunyai bau yang khas, sedangkan tumbuhan yang mengandung alkaloid umumnya mempunyai rasa pahit.

2. Metode morfologi dan anatomi tumbuhan. Pemeriksaan ciri morfologi dilakukan secara kasat mata atau menggunakan kaca pembesar (loupe), dengan mengamati bentuk daun, batang, akar, rimpang, susunan bunga dan sebagainya. Pemeriksaan ciri anatomi menggunakan mikroskop, dilakukan terhadap irisan melintang atau membujur dari jaringan tumbuhan atau pemeriksaan serbuk/bagian tumbuhan yang telah dikeringkan. Cara pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan (jaringan meristem, epidermis gabus, parenkim, klorenkim, sklerenkim, phloem dan xylem), sel batu, trikomata, kristal kalsium oksalat, dan sebagainya. Tumbuhan pada umumnya mempunyai ciri morfologi dan anatomi yang spesifik dan dapat digunakan sebagai penciri bagi tumbuhan tersebut.

3. Metode kimia, berdasarkan reaksi kimia antara kandungan tumbuhan dengan pereaksi maupun pengamatan bentuk/profil kromatogram kromatografi, baik secara kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas (KG ) atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Sidik kromatogram suatu tumbuhan obat umumnya spesifik. Tumbuhan pada umumnya mempunyai kandungan kimia tertentu, sehingga dengan pengamatan profil kromatogram, dibandingkan dengan standar, maka dapat diketahui apakah tumbuhan tersebut asli atau tidak. Panax quinquefolium (Ginseng Amerika) mempunyai 29 macam kandungan saponin (Ginsenosida) dengan 24 (R)-pseudoginsenosida F11 sebagai kandungan spesifiknya, sedangkan Panax ginseng (Ginseng China) hanya mempunyai 20 jenis Ginsenosida dengan Ginsenosida Rf sebagai kandungan spesifiknya.

4. Metode genetik, dengan mengamati sidik DNA tumbuhan. Teknik-teknik yang digunakan meliputi random amplified polymorphic DNA (RAPD), DNA fingerprinting menggunakan multi-loci probes, restriction fragmen length polymorphism (RFLP), amplified fragment length polymorphism (AFLP), arbitrarily primed polymerase chain reaction (AP-PCR)dan microsatellite marker technology.

Daftar Bacaan:

Cosyns JP (2003), Aristolochic acid (formerly Chinese herbs) nephropathy, 19th European Congress of Pathology (Ljubljana, Slovenia).

Heyne K. (1950), Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilii II, Cetakan I, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Hon CC, Chow YC, Zeng FY, Leung FCC (2003), Genetic authentication of Ginseng and other traditional Chinese Medicine. Acta Pharmacol Sin. 24 (9): 841-846.

Kartasapoetra, AG. (1987), Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan, PT. Bina Aksara , Jakarta.

Kasahara S., Seizaburo H (Eds.) (1995), Medicinal Herb Index in Indonesia, PT. Eisai Indonesia, Jakarta.

Sundov Z. et al. Fatal Colchicine poisoning by accidental ingestion of meadow saffron-case report, Forensic Science International, 149 (2-3), 253-256.

Tjitrosoepomo, G. (1985), Morfologi tumbuhan, Gadjah Mada University Press.

ADAKAH TUMBUHAN PEMAKAN DAGING?


SEMUA mahluk hidup membutuhkan makanan, coba sudah makan apa saja kamu hari ini? Hewan dan tumbuhan juga membutuhkan makanan untuk bisa hidup. Lantas apakah makanan tumbuhan? Adakah tumbuhan yang memakan daging seperti halnya hewan dan manusia? Dan adakah tumbuhan yang memakan manusia seperti yang mungkin pernah kamu lihat di filem-filem dongeng?

Secara umum tumbuhan makan dengan cara mengambil ”bahan-bahan” makanan dari tanah, lalu ”memasaknya” di daun dengan bantuan zat hijau daun (chlorofil) dan sinar matahari. Proses itulah yang disebut fotosintesis.

Ada juga beberapa tumbuhan yang ”memakan” daging atau disebut juga tumbuhan karnivora. Namun tumbuhan ini ”hanya” memakan serangga kecil seperti lalat, semut, laba-laba. Tumbuhan jenis ini memiliki enzim pencernaan yang akan memperkaya unsur nutrisi terutama nitrogen yang mungkin kurang pada tanah dan air tempat tumbuhan itu tumbuh.

Jenis tumbuhan karnivora yang dikenal di Indonesia diantaranya adalah “kantong semar” atau Nephentes. Bentuknya seperti kendi yang memiliki tutup yang bisa terbuka dan tertutup. Serangga yang kebetulan lewat akan tertarik dengan cairan yang ada di dalam kendi tersebut, begitu serangga itu masuk, tutup kendi akan menutup dan serangga akan terperangkap dan ”dimakan” oleh tumbuhan tersebut.

Jenis tumbuhan lain adalah Venus, yang juga ”doyan” lalat, dan juga larva kecil

Nah apakah tumbuhan-tumbuhan pemakan serangga itu ”mengunyah-ngunyah” santapannya seperti halnya kamu mengunyah makanan?, coba bagaimana pendapat kamu?***

(dari berbagai sumber)

(foto istimewa)


 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies